Ikhlas

Ikhlas...satu kata yang sangat susah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Umur 5 tahun Allah memanggil ayahku. Aku hidup dengan ibuku dan keenam kakakku. Umur 15 tahun, Allah kembali memanggil ibuku. Betapa tergoncangnya kehidupanku. Dunia seperti kiamat. Rasanya aku ingin menjerit sekencang-kencangnya.

Setelah kepergian ibuku rumahku rasanya sangat sepi. Aku tinggal bersama kedua kakakku. Mas Ratman dan Mbak nanik. Aku masih duduk di bangku SMP dan Mas Ratman masih SMA. Tulang punggungku adalah Mbak Nanik. Dengan gaji yang sedikit untuk kehidupan bertiga dan untuk biaya sekolah aku dan Mas Ratman.

Alhamdulillah, saya bisa sekolah SMA dan Kuliah dengan beasiswa. Awal perkuliahan mbak nanik meminta ijin untuk menikah. Alhasil aku hanya tinggal berdua dengan mas ratman. Hatiku tambah hancur dan sedih ketika mas ratman juga berpamitan untuk menikah. Seharusnya aku senang dan bahagia tapi aku tidak bisa memungkiri kalau aku juga sedih. Karena setelah pernikahan mas ratman, aku akan tinggal bersama siapa? Karena sesuatu hal, mas ratman tidak menjadi menikah. Aku tidak tahu harus sedih atau bahagia. Mungkin aku terlalu jahat kalau harus bahagia atas penderitaan mas ratman.

Di akhir perkuliahanku, aku dilamar seseorang yang aku kenal dari sosial media facebook. Aku memutuskan menikah dengan beberapa alasan. Aku tidak mau menyusahkan kakak-kakakku lagi dan aku butuh kasih sayang karena aku haus akan kasih sayang dari keluarga. Aku juga berharap setelah menikah kehidupanku berubah. Baik secara materi maupun dalam kasih sayang.

Tapi mungkin Allah mau mengujiku lebih lama lagi agar aku kelak mendapatkan kehidupan yang hakiki bersama kedua prang tuaku di alam surga. aamiin.

Tapi sungguh susah untuk bersabar dan ikhlas. Terkadang aku banyak mengeluh. Kenapa air mataku masih mengalir terus ya Allah? Aku yakin, dibalik semua ini pasti ada hikmahnya. Dan aku yakin rencana-Mu akan selalu berakhir dengan indah pada waktunya.
^_^